Blog ini...

sering gonta-ganti templete dan berisi cerita penting nggak penting saat terkena atau tidak terkena badai hormonal

Selasa, 24 November 2009

Membatik

Tanggal 15 November 2009 kemarin, seorang teman SMA mengajak saya mengikuti kursus singkat membatik. Tempatnya di Museum Bank Mandiri, Jakarta. Saya langsung antusias mengiyakan ajakan itu, la wong saya ini penyuka hal-hal baru. Bagi saya, batik bukan sesuatu yang baru, tetapi membatik itulah yang baru. Ini tantangan....

Jam 9 lebih, saya sudah duduk manis siap mendengarkan kuliah Bu Indra. Acara memang diawali dengan kuliah sekilas mengenai batik. Mulai dari daerah asal batik, pola-polanya, serta cara pembuatannya. Ternyata, batik itu tidak hanya milik orang Jawa loh, tetapi juga berasal dari berbagai daerah lain seperti Jambi, Kalbar, dan Madura. Masing-masing ragam batik memiliki filosofi tersendiri. Begitu kata Bu Indra, seorang pakar batik yang sekarang juga mengajar di Bina Nusantara dan beberapa universitas lain. Bu Indra ini sempat mempresentasikan mengenai batik Indonesia di depan para pejabat UNESCO beberapa waktu yang lalu saat batik akan dijadikan salah satu world heritage.

Selesai sesi di kelas, peserta langsung menuju koridor Museum Bank Mandiri (MBM). Kita sudah diberi media untuk membatik yang telah diberi pola sebelumnya oleh panitia. Jadi kita tidak usah sibuk membuat polanya. Kecuali nanti kalau sudah mahir, bolehlah kita membuat pola sendiri. Media yang disiapkan sesuai dengan pesanan kita. Oya, sebelum mengikuti acara ini, kita bisa daftar via sms, lalu mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan media membatik itu. Media yang tersedia meliputi scraf dengan berbagai ukuran, sapu tangan, dan kaos. Saya memilih kaos. Alasannya simpel, biar hasil membatik bisa dipamerkan saat jalan-jalan kemana gitu. Hehehe, sedikit narsis tak apa lah ya. Keterangan lebih lanjut mengenai ini bisa di lihat di www.mbatikyuuuk.com



Nah, mulai ribet nih. Kata saya dalam hati.
Hem, ternyata tidak terlalu ribet juga kok.
Kaos yang telah diberi pola batik itu, diberi pemindai terlebih dahulu. Istilah pemindai itu bener gak sih. Jadi biar kaku dan mudah untuk dilukis.

Well, setelah itu....mulailah kami menggunakan canting. Yep, canting. Canting itu serupa pulpen tapi terbuat dari bambu dan logam di ujungnya. Canting digunakan untuk mengambil malam yang telah dilelehkan di atas wajan kecil yang dipanasi di atas kompor kecil juga. Kompor ini nggak boleh mati, nanti babinya bisa berubah rupa. Loh...apaan sih. Iyah...soalnya, kalo mati malamnya bisa menjadi padat. Dannnnn, nggak bisa buat melukis dong. Bagaimanapun, malam harus dipertahankan agar tetap cair. Yah, semacam tinta begitulah, kalau menggumpal kan susah buat nulis yak. Sayangnya tragedi kompor mati itu sering menimpa kelompok kami...dan berkali-kali harus memanggil Pak Warso sang ahli kompor. Apa coba salah kami ? Hanya salah posisi, karena duduk di wilayah yang rawan terkena hembusan angin besar.

Teknik membatik itu gampang sebenarnya. Lah iya, wong tinggal ngikutin pola. Tapiiiiiiiiii, yang susah adalah menghindari kecelakaan alias kesalahan melukis. Nah, di sinilah peran kesabaran sangat dibutuhkan sekali. Cara memegang canting juga harus benar, kalau tidak...itu malam bisa meleleh di mana-mana dan bisa menimbulkan noda yang tidak dikehandaki. Lah, kalau sudah terlanjur bernoda bagaimana ? Tenang saja, kalau bukan pesanan sih, nodanya bisa diimprovisasi. Nah, kalau pesanan harus dihapus deh.
Selesai mengerjakan bagian depan, selanjutnya adalah membalik media lalu kita melakukan hal yang sama di bagian sebaliknya. Jadi dua kali kerja. Hal ini sangat diperlukan untuk mengunci warna. Sehingga saat pewarnaan nanti pola yang sudah diberi malam tidak hilang. 





Sekali lagi, membatik itu tentang kesabaran loh. Jadi yang nggak sabar seperti saya ini hasilnya bisa amburadul. Meski demikian, saya sangat menikmati proses membatik ini. Ternyata membatik itu pekerjaan batin juga. Saya kok malah seperti merasa seperti yoga ya. Saat saya bisa merelaksasikan pikiran dan membiarkannya mengelana menyusuri garis-garis berpola dengan canting berisi malam. Ketagihan deh ni....



Oke, setelah selesai pekerjaan dengan canting itu, saatnya pemberian parafin. Menurut saya, tahap ini bisa diskip. Kalau kita menginginkan pola yang simpel. Parafin itu gunanya untuk menutupi media agar tidak terkena pewarnaan. Misalnya, media kita berwarna putih. Permukaan yang diberi parafin akan tetap berwarna putih setelah pewarnaan. Jadi, sebelum memberi parafin, pastikan wilayah-wilayah mana dari media yang akan kita biarkan tetap berwarna putih. Pemberian parafin ini juga masalah seni loh. Saya sih nyerah kalau untuk masalah satu ini....

Setelah pemberian parafin, media dicelupkan ke dalam air yang sudah berisi zat warna. Sayangnya zat warna yang digunakan ini kurang ramah terhadap lingkungan. Bisa sebenarnya menggunakan zat warna alami, seperti yang dilakukan leluhur kita dahulu. Tetapi prosesnya akan lebih lama. Usai dicelup-celup ke dalam larutan pewarna itu, tiba saatnya dilorot dengan memasaknya di dalam air mendidih. Saat-saat seperti inilah saya mulai bosan tapi penasaran untuk melihat hasilnya. Sssttt...jangan disangka saya juga ikutan dalam proses pewarnaan ini. Semua dikerjakan panitia, yang sudah terlatih untuk menakar seberapa banyak zat warna yang harus dicampur dalam air.
Dannnnnnnn,



Inilah hasilnya.....hehe, untung tidak terlalu terlihat jeleknya

Sambil menunggu kering, saya dan teman malah jalan-jalan ke MBM, mengagumi koleksi yang ada di mantan kantor bank jaman dulu ini.
Ya, begitulah acara membatik saya minggu kemarin. Salah satu cara refreshing yang menyenangkan, dapat teman baru dan ilmu baru. Sebelum pulang, tentu saja kami sempat bertukar alamat.Nah....kan, bertambah komunitasnya juga.




Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

20 komentar: on "Membatik"

Vicky Laurentina mengatakan...

Kompornya mati terus karena duduknya di daerah angin? Hm..pantas orang-orang yang pintar membatik itu wataknya halus-halus. Coba kalau duduknya di tempat angin, pasti warna batiknya berantakan dan watak orangnya jadi ribut, hehehe..

Lina mengatakan...

@ Vicky Laurentina :
betul mbak. Memang kata Bu Indra kesabaran itu menentukan hasilnya. Dan, halus atau kasarnya karakter seseorang juga turut membentuk desain batik tersebut. Kualitas juga.

Dinoe mengatakan...

Mantap..dapat ilmu baru ya dalam membatik...btw mencoba sesuatu yang baru mampu beri kita pengalaman

mocca_chi mengatakan...

butuh kesabaran yak? wah mengerikan dah ntuh, duduk berjam jam dan mandangin pola, mata puyeng dah ntuh

but, ut dpt hasil memang harus berusaha dan sabar...

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

hmmm.. kalo gak sabar membatik.. saya batik tutornya...

(batik=parang) hahaha!

ateh75 mengatakan...

Jadi kepengen ngebatik nih hehe,dituntut kesabaran tinggi ya untuk membatik ,benar2 harus telaten .

kagum deh dengan semangatnya untuk hal 2 yg baru .^_^

Ninneta - MissPlum mengatakan...

selalu kepengen membatik... tapi kayaknya nggak bakat sama coret menyoret... hehehehe....

salam,

ninneta

Andie mengatakan...

huaaaaa.... aku mau banget ngebatik. tapi kayaknya di pekanbaru ga ada. huaaaa... *mupeng*

Mas Moer mengatakan...

menarik sekali cerita membatiknya sobat, jadi pengin nyoba suatu hari nanti...

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Seru deh pelajaran membatiknya..
kalau ditempat saya, batiknya langsung ditenun.

Elsa mengatakan...

wow keren!!!
bener tuh, kita harus bisa membatik. melestarikan budaya negeri kita sendiri. soalnya kursus membatik nih banyak diikuti sama turis. lama lama...yang pinter malah warga asing. iya kan?

lina mengatakan...

Dinoe :
dan pengalaman adalah guru yang baik kan bang...

mocca_chi :
gak terlalu jereng si ci, kan polanya dibikinin yang simpel. maklum...buat pemula. hehehhee

secangkir teh dan sekerat roti :
wuiiih ngeri kalo ditutorin (pake parang) pulak

ateh75:
yuk, membatik....seru kok.

ninneta:
saya juga gak bakat, tapi nekat.:)

andi gokil:
bu indra mau kali diundang ke sana. beliau ke luar negeri aja mau, apalagi cuma ke riau. hehehe

mas moer:
asal jangan nyoba yang engak-enggak ya bang...

Seti@wan Dirgant@Ra :
kalo ada kursus menenun mungkin saya juga ikutaaaaaan

Elsa :
nah tu dia, mbak. saya nggak pengen batik punah gara-gara kita nggak ngeh seluk beluk tentang batik.

lilliperry mengatakan...

saya gak bisa membatik mbak.. pernah nyoba, hasilnya gak jelas.. :D
tapi tulisannya informatif.. *jadi pengen nyoba lagi*
makasih udah berbagi.. :D

Rumah Ide dan Cerita mengatakan...

Pengalaman yang menarik. Tapi yang membuat pola itu siapa?
Eniwei saya suka tuh sama gedung tempat acara berlangsung. Kuno dan mengandung nilai sejarah.

Rumah Ide dan Cerita mengatakan...

Wah komen saya kok belum muncul Ya ?

Pengalaman yang menarik. Ngomong-ngomong yang buat pola itu siapa.
Saya juga suka tuh sama gedung tempat aara berlangsung. Kuno dan memeiliki nilai sejarah.

Etha mengatakan...

waaahhh ...asik tuh,,klo udah jadi kirim ke rumah ya ...
xixixixixi :p

Lolly mengatakan...

waaa..aku juga pengen.. ikutan belajar membatik :)

lina mengatakan...

Lilliperry :
hasil batik saya juga nggak jelas kok...

Rumah ide dan cerita :
lah...itu, muncul dua komennya. hehehe. betul, gedungnya saya suka. mungkin lain kali mau posting foto-foto narsis saya di gedung itu...nggak penting deh.

Etha :
alamatnya mana bu ? cingcailah...asal cocok harganya :D

Lolly :
hayuuuuuuuuuuk

Anonim mengatakan...

Mbatik lagi yuuuk....setiap bulan di Museum Bank Mandiri di Kota Toea Batavia...silahkan lihat jadwalnya di http://mbatikyuuuk.com atau di EVENT FaceBook Sahabat Mbatikyuk....ditunggu...yg mau SMS ke 0811.1683.98 - salam

Posting Komentar

Ingin berbagi opini, atau saran, atau kritik, atau nasehat....silakan sampaikan di sini. Terima kasih atas apresiasinya. Salam hangat selalu dari Lina. Oya, untuk lebih memudahkan berkomentar, gunakan Opera ya.