Blog ini...

sering gonta-ganti templete dan berisi cerita penting nggak penting saat terkena atau tidak terkena badai hormonal

Jumat, 09 Oktober 2009

Mawar untuknya

Lapangan Parkir Kampus; September, 2005.

Setangkai mawar yang nyaris mekar ini untuknya. Bukan mawar istimewa, atau tanda cinta. Sebab cinta akan segera beranjak dari tempatnya. Tidak akan berlama-lama lagi di sana. Aku pengusirnya. Mawar ini hanya pelengkap mengucap selamat atas kelulusannya. Seperti yang dilakukan banyak teman.

"Terima kasih ya mawarnya. Bagus." Dia berkata sambil melepas toganya. Dasinya dilonggarkan. Acara wisuda telah usai. Langit tidak terlalu biru hari ini. Matahari meredup.

Dia menatapku dalam entah. Pandangan yang tak ingin kumengerti. Kubiarkan saja menjadi tanya selamanya. Tak ada gunanya kepastian.

"Terima kasih juga atas bantuannya selama ini. Kalau nggak ada kamu, nggak tahu deh. Maaf yang sering merepotkan, minta bantuan ini itu. " Dia melanjutkan. Aku masih diam. Teramat banyak rangkaian kalimat yang ingin kuutarakan. Tapi semuanya menjadi acak di kepala, berhamburan lalu mengabur. Huruf-huruf meluruh jatuh.

"Kamu baik sekali...." Kalimatnya tak tuntas. Aku masih terjebak di matanya yang sempit. Merekam wajahnya baik-baik.

"Setelah ini, aku janji tak akan merepotkanmu lagi." Akhirnya dia sampai di titik. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

Di sebalik punggungnya kulihat keluarganya sudah menunggu. Ayahnya, ibunya, dan adiknya yang pernah kukenal. Dua tahun yang lalu ketika aku mampir di kotanya yang jauh. Mereka baik. Mereka menyenangkan.






"Aku akan pulang, meneruskan bisnis keluarga." Dia memegang kedua pundakku. Sekilas kulihat kesedihan. Tidak teramat jelas. Aku melihat wajahnya sedikit blur. Air mata kutahan tak akan kujatuhkan.

"Jaga diri baik-baik ya. Semoga cepat lulus." Katanya tulus. Aku mengangguk, berusaha menarik kedua sudut bibir. Lalu dia menurunkan kedua tangannya. Meraih tanganku. Menjabatnya erat.

"Selamat tinggal...." Aku merasakan genggamannya. Merekam perasaan terakhir sebelum semua kusudahi.

"Good luck...." Hanya itu yang kusuarakan. Dia mengangguk dan tersenyum, mata sempitnya menatapku beberapa saat sebelum dia berbalik dan melangkah pergi.

Aku pun juga berbalik. Melangkah cepat-cepat. Aku ingin segera pulang, memeluk guling dan menangis hebat. Sebab besok aku tak akan lagi menangisinya. Telah lama kupersiapkan diri menghadapi hari ini. Hatiku telah mengikhlaskannya. Cinta itu perlahan akan kulupakan. Sebab telah lama aku tahu bahwa ibunya tidak mengingkanku menjadi menantunya.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

7 komentar: on "Mawar untuknya"

namaku wendy mengatakan...

huaaa koq sedih to endingnya itu mbakyu hiks
ya wis cuba cari lagi aja keluarga sapa yg emang berminat wat ngejadiin mantu hihihi
wen simpen blognya di bloglist wen juga yah, maturnuwun:)

none mengatakan...

hiks..sedih banget kalo tahu cintanya nggak direstuin sama orangtua. semoga Henny dan mbak Lina nggak terjebak dalam situasi seperti itu. aminnn...

Lina mengatakan...

@ mbak wendy : iya mbak, suwun ya.

@ henny : lagi pengen sad ending ni. hehehe. semoga di kehidupan nyata enggak deh henn...amin.

attayaya mengatakan...

hmmmm.... cerita cinta yang terpisah
bagus telah mempersiapkan diri

Lina mengatakan...

@attaya,

udah mempersiapkan diri tetep aja mewek...

Elsa mengatakan...

foto mawarnya keren!!!!

Ms. Grey mengatakan...

Gw paling benci sama cinta yang ga bisa bersatu... Irgghhh sebellllll...

Padahal kan bohong banget kalo "Cinta tidak harus memiliki"...

Posting Komentar

Ingin berbagi opini, atau saran, atau kritik, atau nasehat....silakan sampaikan di sini. Terima kasih atas apresiasinya. Salam hangat selalu dari Lina. Oya, untuk lebih memudahkan berkomentar, gunakan Opera ya.