Penghujung tahun, tanpa rencana akan kemana. Suami saya sakit pinggang, efek samping dari futsal Selasa malam kemarin. Jalannya sih masih bisa terlihat tegak perkasa, tapi kalau sudah menunduk atau memutar badan jadi seperti kakek-kakek delapan puluh tahun. Saya ketawa tiap liat dia bergerak memutar sambil meringis-ringis, hehe....persis kakek-kakek. Kakek-kakek aja nggak segitunya kali ya.
Rencana mau ke Cikampek sebenarnya, mengunjungi Om sambil merampok mangga yang katanya manis-manis. Ah, tapi bagaimana bisa kalau duduk aja dia tersiksa begitu. Ya sudahlah, plan B yang terpakai. Di rumah saja, nonton film, ngegame, lalu lanjutin baca. Lantas bagaimana dengan Sahabat ? Ada rencana apa untuk menyambut tanggal satu besok ? Kalau jawabannya di rumah saja, toss yuk. Bicara tentang penghujung tahun, tak akan jauh dari perayaan, terompet, counting down bareng-bareng, pesta kembang api, hem…apa lagi ya ? Yup, makan-makan.
Rencana mau ke Cikampek sebenarnya, mengunjungi Om sambil merampok mangga yang katanya manis-manis. Ah, tapi bagaimana bisa kalau duduk aja dia tersiksa begitu. Ya sudahlah, plan B yang terpakai. Di rumah saja, nonton film, ngegame, lalu lanjutin baca. Lantas bagaimana dengan Sahabat ? Ada rencana apa untuk menyambut tanggal satu besok ? Kalau jawabannya di rumah saja, toss yuk. Bicara tentang penghujung tahun, tak akan jauh dari perayaan, terompet, counting down bareng-bareng, pesta kembang api, hem…apa lagi ya ? Yup, makan-makan.
Entahlah, mungkin saya termasuk dalam golongan orang yang tak lagi antusias merayakan pergantian tahun dengan ritual-ritual simbolis lagi. Dulu semasa masih kecil, kami sekeluarga sering berkumpul di depan tv menonton acara perayaan tahun baru yang ditayangkan langsung dari entah mana, lalu ketika seluruh orang menggelar acara counting down kami ikut-ikutan khusyuk lalu teeeet…teetttttt…teeettt, terompet kertas kami tiup sampai ujungnya basah. Tetangga pun melakukan hal yang sama. Saat jarum jam menunjuk 00.00, yang biasanya sunyi jadi meriah oleh teriakan terompet kertas milik anak-anak.
Sekarang saya tak lagi mementingkan ritualnya akan seperti apa, tapi lebih pada hakikat adanya pergantian tahun. Memangnya apa sih hakikat pergantian tahun ? Ya, beda-beda pastinya ya, tergantung kerangka pikir masing-masing orang. Ada yang menganggap sebagai momen penting, ada yang biasa aja. Bagi saya, hakikat pergantian tahun seperti bunyi lonceng akhir pelajaran sekolah. Deringnya yang nyaring disambut antusias oleh seluruh siswa, pertanda bebas dari pelajaran di kelas. Begitulah saya menyimbolkannya. Ketika lonceng berdering nyaring, ada perasaan lega, pelajaran yang dilalui tahun ini berhenti, bersyukur juga masih bisa dikasih kesempatan belajar. Tapi berhenti bukan berarti sudah selesai kan. Besok akan ada kelanjutannya lagi. Tahun berikutnya kita tentu tetap harus belajar lagi. Mungkin juga akan diuji agar bisa naik kelas.
Bukankah hidup juga sebuah pembelajaran, belajar dari kesalahan yang telah lalu, belajar untuk menjadi bijak dan belajar untuk mempertahankan kebijaksanaan itu. Kita harus cerdas mengambil hikmah-hikmah dan mencatat dengan baik dari kejadian pada tahun sebelumnya, sebagai pedoman untuk menjalani tahun berikutnya dengan lebih baik lagi. Rencana tahun depan tentu sudah dibuat, jika tidak dibuat secara detil setidaknya sudah ada gambaran besar kita akan melakukan apa esok hari. Saya sih belum bikin rencana detil begitu, tapi saya sudah punya tiga hal yang ingin saya peroleh di tahun 2010. Syukur-syukur jika yang didapat lebih dari tiga. Hehe. Salah satunya bisa naik pangkat jadi ibu hamil. Hem…bisa nggak ya ?
Happy New Year……,
Selamat Tahun Baru 2010
Semoga Sukses Selalu
memperjuangkan apa yang ingin didapatMari, mesyukuri apa yang sudah didapat,