Blog ini...

sering gonta-ganti templete dan berisi cerita penting nggak penting saat terkena atau tidak terkena badai hormonal

Kamis, 10 Desember 2009

Mencoba Mencari Solusi




Melanjutkan tema kemarin. Saya merasa tertampar dengan komen sahabat kita, Bung Munir Ardi. Benar kata beliau itu, sebaiknya kita tidak hanya mencaci, tapi juga memberi solusi. Semalam saya merenung, kira-kira solusi untuk orang-orang yang terpaksa dan tidak terpaksa mengemis itu apa ya ? Terus, saya, yang hanya bagian dari masyarakat ini, harus bagaimana ya ? Saya kan belum jadi seseorang yang memiliki wewenang untuk membuat suatu kebijakan riil untuk mengatasi problem sosial ini. Tapi, apa iya, menunggu jadi pejabat dulu baru bisa mengatasi permasalahan sosial semacam ini ? Skip dulu saja pertanyaan saya ini.Mari diskusi bersama. Lah…siapa yang mau diajak diskusi ?
Sebelumnya, saya ingin menggolongkan pengemis menjadi dua kelompok. Jadi biar clear permasalahan ini.
Pertama, orang yang mengemis karena alasan kepepet.
Orang yang lanjut usia, janda tua, anak yatim piatu dan orang cacat termasuk dalam golongan pertama ini. Mereka terpaksa merendahkan martabat untuk menengadahkan tangannya karena keterbatasan yang dimiliki. Saya nggak akan mencaci golongan pertama ini. Justru, keberadaan mereka haruslah saya syukuri, karena mereka bisa mengantar saya ke surga saat harta yang diberikan Allah pada saya, saya kembalikan kepada-Nya melalui tangan mereka.
Well, meskipun demikian bukan berarti orang-orang seperti mereka itu tidak berhak memperoleh solusi agar dapat keluar dari pekerjaannya sebagai pengemis. Mereka tetap harus diberikan jalan keluar. Apalagi bagi anak-anak yatim yang masa depannya masih terbentang panjang.
Kedua, orang yang mengemis karena alasan nggak mau susah-susah bekerja atau cari kerja.
Biasanya, orang-orang putus sekolah dan yang tidak memiliki keahlian khusus masuk dalam golongan ini. Well, orang yang pemalas saya masukkan juga dalam golongan ini.
Nah, setelah kita mengenal kedua golongan tersebut, mulai terlihat kan, akar permasalahannya. Otak saya yang cupet ini, baru dapat mengidentifikasikan beberapa saja. Mungkin teman-teman blogger bisa menambahkannya. Saya akan senang sekali…Menurut saya, akar permasalahan tersebut adalah :
1.       Kesempatan mengakses Pendidikan dan Keahlian
Sudah bukan rahasia jika pendidikan di negara kita ini masih tergolong mahal, termasuk buku-buku penunjang. Maka tak heran jika angka putus sekolah juga tinggi. Sebagai contoh, daerah tempat saya pernah melakukan penelitian, 66,60% penduduknya hanya tamat pendidikan dasar. Jumlah penduduk yang tamat pendidikan sampai tingkat SMA sebanyak 11,13% sedangkan yang tamat perguruan tinggi hanya 1,23%. Itu data BPS.
Pendidikan rendah sebenarnya tidak masalah jika dibekali dengan keahlian dan ketrampilan tertentu. Sayangnya akses untuk ke BLK juga tidak mudah. Meskipun banyak BLK yang digratiskan, serapan pasar tenaga kerja terhadap alumni BLK belum banyak diharapkan. Jika saya salah, mohon dikoreksi.
2.       Proses Pembentukkan Moral
Kegagalan proses pembentukan moral menyebabkan gagalnya pembentukkan manusia seutuhnya. Hal ini menyebabkan degradasi nilai kemanusiaan, sampai mereka tidak merasa malu untuk mengemis dan malas berusaha untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
3.       Peran Instansi Pemerintah yang terkait
Seingat saya, di Indonesia sudah banyak ya Dinas Sosial dan yayasan-yayasan sejenis. Razia gepeng yang sering digelar memang tujuannya adalah menjebloskan mereka ke kawah candradimuka untuk dilatih agar bisa mandiri. Nah….itu sudah bagus. Lantas, apa yang salah ? Kenapa banyak yang melarikan diri dari pusat-pusat pelatihan itu dan balik lagi ke jalanan ? Mungkin, mungkin loh ya, ini karena mereka tidak benar-benar diarahkan untuk menjadi mandiri sesuai dengan minatnya masing-masing. Masih ada tekanan dan paksaan. Jadi keterpaksaan itu yang membuat mereka ingin melarikan diri. Di samping itu, upgrade skill ini seringkali tidak disertai upgrade moral dan mentalnya.
4.       Kesempatan dan Peluang Kerja
Jelas, yang ini jadi masalah. Penyebab kemiskinan memang kompleks sekali, dan ini adalah biang keladi yang paling utama. Keterbatasan peluang dan kesempatan kerja mendorong pada peningkatan angka kemiskinan.

Lalu, solusinya apa ? Karena saya baru nemu empat akar masalah, maka solusinya pun akan mengarah pada empat hal tersebut.

1.       Kemudahan dalam mengakses Pendidikan dan Keahlian
Bulshit memang kalau saya katakan pendidikan itu murah.  Tapi, bukan berarti itu menghalangi upaya mewujudkan sekolah gratis.  Kalau pemerintah belum siap, masyarakat kita sudah banyak kok yang peduli pada ini. Barangkali kita bisa berperan di sini, baik sebagai donatur, oran tua asuh, atau penyumbang tenaga.
Banyak yang sudah berinisiatif membangun sekolah gratis. Seperti sekolahnya Ikal di Laskar Pelangi. Hal yang diperlukan adalah kemauan mereka untuk sekolah serta komitmen para pendidik. Saya pengen banget deh bisa jadi donatur tetap sekolah gratis. Semoga Tuhan mendengarnya.
2.       Proses Pembentukkan Moral
Nah ini dia, yang rumit. Bicara moral kan bicara sesuatu yang abstrak tapi sangat mendasar. Saya akui memang tidak gampang menumbuhkan kesadaran moral bagi orang lain. Tapi saya percaya, bahwa orang-orang semacam Mario Teguh, Uje dan Andrie Wongso sebenarnya bisa membantu pembentukkan moral ini. Saya ngayalnya gini, pemerintah mengadakan semacam Achievement Motivation Training buat para gepeng ini dan menghandirkan Mario Teguh (atau yang lainnya) sebagai trainernya.  Jelas, tujuannya adalah membantu mereka menjadi manusia utuh.

3.       Peran Instansi Sosial
Instansi sosial mungkin merujuk ke Depsos dan Dinas Sosial ya…..oya, serta yayasan-yayasan serupa. Pelatihan ketrampilan dan keahlian untuk para gepeng sebaiknya dilanjutkan pada penyaluran tenaga kerja ke perusahaan-perusahaan. Instansi ini sebaiknya tidak hanya membantu mereka meningkatkan keahlian dan ketrampilan saja, tetapi juga memfasilitasi upgrade mental spiritual. Misalnya ya dengan cara mendatangkan Mario Teguh tersebut, atau tokoh agama yang lain.
Bagi pengemis yang lanjut usia, sebaiknya disalurkan ke panti wreda. Peningkatan fasilitas di panti wreda sebaiknya juga ditingkatkan. Demikian halnya dengan anak-anak yatim piatu yang berkeliaran di jalan-jalan, sebaiknya mereka dimasukkan ke rumah singgah untuk dididik menjadi generasi yang handal. Kaum cacat juga berhak mendapatkan tempat yang layak, dibekali ketrampilan sesuai dengan keahlian masing-masing.
4.       Kesempatan dan Peluang Kerja
        Hey...jangan dulu bilang bahwa ini susah didapat. Oke...menurut data statistik memang begitu. Tapi jangan lupa bahwa negara kita ini masih tergolong negara padat karya, banyak pekerjaan yang membutuhkan tenaga manusia. Banyaaaaak banget. Lagipula, jika memang tidak ingin bergabung dengan korporasi besar, bisa kok wiraswasta. Banyak peluang, asal mau berusaha. Ada banyak hal yang bisa dijadikan bisnis. Bahkan bisnis online pun sekarang sudah marak. Nah...kembali lagi masalahnya adalah, persiapan ketrampilan tadi. Jadi untuk sampai pada solusi nomor 4 ini, solusi 1 dan 2 wajib hukumnya.
        Saya juga berharap bisa menciptakan lapangan kerja.....
        Err...selain itu, pemerintah seharusnya juga berupaya untuk menciptkan iklim investasi yang kondusif. Jadi para investor tidak ketar-ketir menggerakkan uangnya di Indonesia. Kenyataannya sekarang negara malah sibuk ngurus yang enggak-enggak sih...Halah, kaya saya ngerti aja, masalah begituan.

Sudah ah, saya kok jadi lapar ya. Mau makan dulu aja. Jadi, menurut teman-teman bagaimana ?




 





Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

25 komentar: on "Mencoba Mencari Solusi"

-Gek- mengatakan...

Mbak,
saya belum tau solusi apa yg tercepat, dan yang terefektif, namun, kita ini (baca : INDONESIA) terlalu besarrrrrrrrrrrr.. dan luasssssssssssssssssssssssssssssssss.

Perlu lebih banyak presiden dan guru!

Elsa mengatakan...

aku pikir, cuman satu aja kuncinya.

KEMAUAN.

kalo dasarnya males ya males aja.
banyak pekerjaan yang lebih bagus daripada ngemis. kenapa gak jadi tukang cuci? atau kuli angkut? yang gak butuh pendidikan tinggi.

yang penting gak ngemis. itu aja.

Kika mengatakan...

Kita, atau siapapun perlu untuk membangun segala sesuatu dari dalam diri sendiri dulu. Pendidikan mental. Indonesia butuh pendidikan mental yang bagus dalam menjalankan hidup, dan itu sangat erat berhubungan dengan budaya serta agama.

ferdi fauzan mengatakan...

aku setuju sama mbak Elsa, yg utama dari dalam diri kita itu adalah kemauan... majulah Indonesia....!!!

Yolizz mengatakan...

iya tuh,, aku juga setuju,, asalkan ada kemauan dan tekad yang kuat,, pasti bisa maju deehh...

masalahnya penduduk kita ini mentalnya banyak yang ga beres,, lebih suka menuntut hak daripada ngelakuin kewajiban...

lina mengatakan...

-Gek- :
dan tentu saja yang cerdas dan bijaksana bukan ?

Elsa :
Aha...itu memang kata kuncinya. semua solusi saya itu menjadi bulshit belaka jika kemauan tidak ada.

Kika :
Dimulai dari lingkup terkecil, smoga gerakan moral bisa meluas.

ferdi fauzan :
majulah indonesia !!!

Yolizz :
yuppp...benar. nggak nyadar bahwa untuk dapetin hak, kewajiban harus didahulukan

Blogger Admin mengatakan...

hmmm...aq mampir blogwalking lwt hp,sepertinya tulisan readmore nya aq kenal?hehe,mf,g brani nebak2,happy blogging ajah,okz?

sibaho way mengatakan...

semuanya benar. tapi ingat, mereka itu butuh katalisator, butuh pengungkit, butuh trigger. mau?

lina mengatakan...

Aditya's Blogsphere :
ini hasil belajar dari sobat adit loh :)

sibaho way :
mau banget

RanggaGoBloG mengatakan...

pi kalo dasarnya ngemis karena malas ya susah buat di perangi,,,, hihihihihih

Whienda mengatakan...

Yups! Gw sangat sependapat. Kunci utamanya adalah kemauan.
Misalnya: Kalau mensos punya kemauan melaksanakan solusi dari Anda, walau tidak sempurna sekalipun, jumlah pengemis sudah tertekan.

Bumi Indonesia itu tidak miskin. Harusnya penduduknya kaya-raya. Sayangnya, menurut UUD, seluruh kekayan itu dikuasai oleh negara!
Disitulah akar masalahnya.

Walau malas tapi kalau kaya ... ga' bakalan jadi pengemis...Ee ee e, nggladrah! Makaciiiih! Success4U

namaku wendy mengatakan...

wehhh aku gak baca postingan yg lain je tapi bagemana kah dgn nasib para pengemis cinta, sapa juga yg mau memperhatikan:p

Bahauddin Amyasi mengatakan...

Wah, kalau sudah bcara persoalan ngemis-mengemis memang sarat paradoks dan ironi. Ini negeri katanya, merdeka. Tapi nyatanya, banyak rakyat yang meminta-minta.

Ah,lucu banget yah...

mr.snugglemars mengatakan...

masalahnya di mental
kalo mentalnya tempe, kere, mau pendidikan tinggi juga tetep aja ngarepnya kerja yg enteng tapi duit banyak.
ujung2 korup,
kalo gak ada yg dikorup-in ya ngemis.

jadi, intinya,
bangsa yang sedang berusaha maju,
harus punya mental pejuang,
jangan mental kere,

Sari mengatakan...

Denny kok kayak ngamuk2 gitu yak? *pizzz Den..*
Tapi, emang siy, ngemis itu kalo di itung2 emang pekerjaan yang sepertinya cuma butuh kemampuan lari cepet biar ga ketangkap petugas trantib.
Cuma nadahin tangan, dapat duit. Makanya banyak yang suse berhenti.
Katanya pemerintah menggalakkan proyek padat karya tapi kenapa pengangguran masih tetep banyak yak?

Eh, menurutmu, pengamen yang masih muda, sehat, seger trus nyanyi seadanya, malah kadang cuma kecrek2 bentar trus nadahin tangan minta duit, itu tergolong ngemis ga? :P

NURA mengatakan...

salam sobat
sebenarnya kalau ekonomi tercukupi ,,ngga akan ada pengemis,,
tapi mungkin juga orangnya pribadi yang memang suka ngemis.
salusinya ,,ya mungkin dengan kesadaran kali mba,,kalau mengemis itu pekerjaan yang tidak mulia.

lina mengatakan...

RanggaGoBloG :
yang diperangi mental mengemisnya

Whienda :
jadi whien, kalo mau males nunggu kaya dulu. aha...benar juga sih. kalo dah kaya, malas bolehlah...asal jangan sering-sering aja.
makasi ya dah ke sini.

namaku wendy :
kita bersama, mbak.....Hai mbak wend...

Bahauddin Amyasi :
iya, lucu dan ironis

denny:
sepakat denn, harus punya mental pejuang. that's the point.

Sari :
Hehehe...dia mungkin terlalu semangata aja.
errr....bingung juga sih kalo sama yang pengamen model begitu. at least, mereka dah jual suaralah...sama kecrekan. saya masih menyebutnya pengamen. tapi nggak niat. halah....

Mbak Nura :
iya, bener mbak. akarnya ada di sana. nah, kesadaran moral untuk nggak mengemis. untuk menumbuhkan kesadaran perlu bantuan dari orang lain sebagai stimulator.

rizky mengatakan...

kalo solusi sayah makan dulu aje biar g lapar.. kalo udah kenyangkan pasti tidur?? **lho kapan mikirnya untuk carik solusi**

sapiosexual mengatakan...

hmmmm ngomong beginia mah gada habisnya di Indonesiaa hehe...

senang membaca blogmu tante :D

Unknown mengatakan...

asal mau berusaha pasti bisa, itu saja sih resepnya.

Lina mengatakan...

rizky : hahahah....mungkin pas tidur dapet wangsit...:)

shoesaholic : iyap...sering-sering main sini ya, jeung

Sang Cerpenis bercerita :
resep jitu mbak fann

munir ardi mengatakan...

marilah membantu dengan apa saja yang kita bisa, mungkin dengan bimbingan atau sekedar memberi semangat

silvi silviani mengatakan...

ikut menyimak gan

Posting Komentar

Ingin berbagi opini, atau saran, atau kritik, atau nasehat....silakan sampaikan di sini. Terima kasih atas apresiasinya. Salam hangat selalu dari Lina. Oya, untuk lebih memudahkan berkomentar, gunakan Opera ya.