Blog ini...

sering gonta-ganti templete dan berisi cerita penting nggak penting saat terkena atau tidak terkena badai hormonal

Senin, 05 Oktober 2009

Hati Ibu Siapa yang Tahu




Salah satu cerita pendek yang pernah saya baca di harian Kompas menceritakan tentang betapa kesepiannya seorang ibu yang telah ditinggal anak-anaknya. Semua anaknya pergi merantau setelah menikah. Jujur cerita fiktif itu cukup menyentil sisi sentimentil saya. Sebelum menikah saya pernah berpikir mendalam mengenai bagaimana kehidupan ibu dan saya nantinya. Apakah saya akan menjadi salah satu dari sekian banyak anak yang tinggal berjauhan dengan ibunya ? Apakah saya akan terus bisa merawat ibu di masa senjanya ? Atau akankan saya menyerahkan ibu pada orang lain, perawat atau pembantu misalnya ? Ah, membayangkannya saja saya tak sanggup.

Lantas, beginilah suratan takdir saya. Pada akhirnya saya menikah dan mengikuti suami. Saya dan ibu terpisah ratusan kilometer. Beruntung saya masih bisa menghubunginya kapan saja saya mau dengan adanya telephon. Tapi apalah komunikasi sesaat itu, jika ibu saya seringkali berbohong tentang keadaan sebenarnya di sana. Ketika saya menanyakan apakah beliau sehat, jawabannya selalu iya. Pernah saya kecolongan, ibu menyatakan sehat-sehat saja. Ternyata ketika saya pulang, beliau sudah tergolek di rumah sakit setelah operasi. Bagaimana saya bisa menjadi tenang, jika informasi yang saya terima lewat telephon belum tentu benar. Saya merasa menjadi orang yang kurang beruntung jika memikirkan hal ini, karena kehilangan banyak kesempatan merawat dan mengurus ibu saya. Merasa kehilangan kesempatan untuk berbakti padanya, mencium aroma surga itu.

Ibu saya memang tergolong masih kuat, beliau masih berdinas, dan masih banyak melakukan aktivitas. Keresahan saya sedikit terkurangi memang, tetapi siapa yang tahu isi hati ibu ??? Rasa kesepian yang seringkali menghinggapinya. Rasa sedih yang tertoreh ketika teringat anak-anaknya yang tak lagi dekat dengannya.

Seorang teman kuliah S2 saya pernah curhat, betapa dia sedih ketika anaknya yang masih berusia 3 tahun tidak mau bercerita banyak di telephon. Anaknya itu sudah bisa berkata "Mami, telponnya nanti malam saja ya, kakak lagi main ni." Dan ketika malam hari dia kembali menelephon, si kecil berkata " Aduh mami, kakak sudah ngantuk. Udahan ya telponnya."
Teman saya itu mengatakan bahwa dia merasa sangat sedih, merasa dicuekin anaknya sendiri. "Apalagi kalau dia sudah besar, sudah punya banyak teman, sudah punya dunia sendiri....." Katanya.

Obrolan itu menghentakkan saya. Sudah berapa tahun ibu saya menanggung perasaan seperti ini ? Apakah saya sering bersikap cuek padanya ? Apakah saya sering melukai hatinya ? Pertanyaan itu masih sering menghantui saya sampai saat ini. Seribu langkah yang saya tempuh untuk menghapus luka hatinya rasanya belum cukup. Hanya tekad yang ingin saya teguhkan, menemani ibu di masa-masa senjanya.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

6 komentar: on "Hati Ibu Siapa yang Tahu"

Eka Situmorang-Sir mengatakan...

Sudah telepon ibundanya lagi skr?

Lina mengatakan...

udahhhh...mbak

-Gek- mengatakan...

Mampir setiap bulan..ke tempat Ibu mbak.. :)

lina mengatakan...

-Gek- :

Iya Gek...berharap bisa setiap bulan menjenguknya...tapi jauh...

guskar mengatakan...

mbak lina,
artikel ini sdh tercatat sbg peserta karnaval blog.
terima kasih atas partisipasinya.
salam untuk ibu :)

guskar mengatakan...

Catatan Menjelang Karnaval Blog MTBI
Pertama, saya wajib mengucapkan terima kasih kepada teman-teman narablog yang telah mengirimkan artikel untuk meramaikan acara Karnaval Blog : Minum Teh Bersama Ibu. Artikel yang masuk cukup banyak, yaitu 50 naskah. Artikel yang dikirimkan ada yang berupa, Esai, Fiksi, Puisi, atau Ringan Interesan. Semua bagus, dan itu telah membuat saya kesulitan mana yang akan ditampilkan dalam karnaval nanti.
http://guskar.com/2009/12/13/catatan-menjelang-karnaval-blog-mtbi/

Posting Komentar

Ingin berbagi opini, atau saran, atau kritik, atau nasehat....silakan sampaikan di sini. Terima kasih atas apresiasinya. Salam hangat selalu dari Lina. Oya, untuk lebih memudahkan berkomentar, gunakan Opera ya.