Blog ini...

sering gonta-ganti templete dan berisi cerita penting nggak penting saat terkena atau tidak terkena badai hormonal

Selasa, 01 September 2009

Bandara ketika itu




Pagi cerah, sebenarnya. Masih tersisa satu jam sebelum keberangkatan pesawat. Masih berharap pada detik-detik berikutnya. Dia datang, mengucapkan sesuatu, lalu redalah semua emosi ini. Sengaja aku memilih tempat ini, supaya lebih mudah melihatnya, jika dia datang. Di sini lebih leluasa melihat lalu lalang orang-orang. Mereka yang berangkat, mereka yang datang. Para pengantar. Orang-orang yang akan meninggalkan dan ditinggalkan, sama-sama merasakan kesedihan yang kelabu.

Sudah berpuluh-puluh orang yang lewat, detik-detik berjatuhan, dan yang kunantikan menjelma menjadi khayalan yang sia-sia. Apalah gunanya berharap pada kejutan, sebuah kejadian tanpa perencanaan. Sungguh bukan salah satu hobinya membuat kejutan itu. Padahal aku telah berharap, dan sekali lagi dia menghempaskan egoku pada dasar yang menyakitkan. Bahkan, secangkir cokelat hangat ini pun tak bisa juga meredam gemuruh di dalam sana.

Simpel saja kejadiannya. Tiga hari yang lalu, kepala cabang mengirimku ke pusat untuk melakukan rapat koordinasi. Sebuah amanah yang langsung kusambut dengan gembira. Artinya, aku bisa bertemu dengannya. Setelah aku dipindahtugaskan, praktis kami harus menjalin hubungan jarak jauh. Sebuah pertemuan merupakan sesuatu yang langka sebab sangat sulit untuk mengatur jadwal pertemuan di tengah-tengah kesibukan kerja yang tak berkesudahan. Momen pertemuan tentu saja menjadi hal yang sangat dinantikan.

Setelah tiga hari rapat siang malam, akhirnya kami punya hari sabtu yang bisa dimanfaatkan. Kemarin tepatnya. Tapi apa... Dia lebih memilih bermain futsal dengan teman-temannya sampai sore. Setelah itu, dengan entengnya dia mengatakan kalau terlalu capek untuk mengunjungiku, tidak bisa datang. Ugh..Tidakkah dia ingat, cuma Sabtu itu yang aku punya, sebab pesawatku berangkat hari ini, minggu pagi ini. Tidak bisakah dia absen sehari saja untuk tidak bermain futsal ??? Demi aku ?? Agh, terbanting rasanya aku dikalahkan oleh futsal. Rasanya aku ingin teriak, menyuarakan kemarahanku. Tapi pada apa ? Pada siapa ?

Smsnya sengaja tak kujawab. Kubiarkan saja bertumpuk-tumpuk mengisi inbox. Biar saja dia menduga sendiri, biar saja dia tahu kalau aku marah. Kecewa. Tapi aku masih berharap, dia datang, berlari, mengejarku di bandara. Tapi ini sudah menit terakhir. Dia tak akan datang. Dia tak mungkin datang. Sekali lagi, egoku terhempas, merasa sedemikian tidak berharga baginya. Merasa tidak pantas diperjuangkan.

Di pesawat aku memilih tidur, daripada memikirkan dia dan menangis. Tidak, aku tidak mau menangis. Aku hanya ingin marah. Aku tidak ingin terlihat kalah dengan menangis.

Sampai di rumah aku langsung tidur. Ibu yang melihatku muram tidak bertanya apa-apa. Hanya menyuruhku makan terlebih dahulu. Tapi aku lebih memilih tidur, siapa tahu tidur akan mengembalikan moodku. Siapa tahu dengan tidur aku akan bermimpi sesuatu yang indah. Pergi ke pantai misalnya. Ternyata aku malah tidak bermimpi sama sekali. Mungkin karena terlalu capek.

Ibu mengetuk kamarku tepat ketika aku baru membuka mata. Mandilah, katanya. Aku pun menuruti kata ibu. Air bisa mengembalikan kesegaran badan, dan menghilangkan aura negatif. Semoga. Seusai mandi, ibu mengatakan bahwa ada tamu yang sudah lama menungguku di ruang tamu. Siapa ?

Aku terkejut, bingung harus berekspresi apa.

" Kok smsku ga dibalas ? Telpon ga dijawab ? Kenapa ?"

" Males." Kataku datar.

Entah air yang telah menghapus kemarahanku, atau tidur telah mengembalikan moodku, tapi aku sudah sedikit lupa dengan amarahku tadi. Atau karena diam-diam aku gembira dia kini ada di hadapanku.

" Ada acara apa kesini ?"

" Pengen ketemu kamu." katanya.

Aku tertawa sinis. Orang ini aneh. Kemarin, aku di kotanya, dia bisa bertemu aku tanpa naik pesawat, dia memilih futsa. Sekarang, dia malah jauh-jauh ke sini. Berkilo-kilometer dari rumahnya. Pasti bukan itu alasan utamanya.

" Loh, kok ekspresinya gitu."

Aku teringat kembali kekecewaan itu. Betapa kemarin aku teramat ingin menonjok lengannya itu.....

" Terus ? Kemarin jelas-jelas aku di sana, bisa ditemui, eh malah lebih milih futsal. Padahal momen seperti itu kan jarang. "

Dia tersenyum,sok tidak bersalah.

" Ooo, jadi itu sebabnya sms gak dibalas. Marah ya ?"

Semakin menyebalkan saja senyum itu.

" Baru ngeh kalo marah ???"

Duh,,,cowok. Sering lambat menanggapi perasaan ceweknya sendiri.

" Terus sekarang, masih marah ? Aku kan udah di sini. "

Dia kembali tersenyum. Senyum yang sering aku rindukan. Aku terdiam. Dia menatapku, memberi tatapan jenaka. Aku ingin tertawa, tapi masih gengsi.

" Jalan-jalan yuk...sebab besok sudah hari senin."

Aku masih diam.

" Terus terang aja deh, ke sini bukan karena ingin ketemu aku aja kan ?? Karena ada tugas juga kan ?"

" Duh, cerdas banget sih..., tapi apa salahnya tugas juga dimanfaatkan. Sekalian ketemu pacar."

Aku menghela nafas, bener kan... Mana mungkin dia datang hanya untuk memberi surprise. Tapi sudahlah, apa gunanya menyimpan amarah, toh sekarang dia sudah ada di sini, untuk alasan apapun itu.

" Maaf yah, kemarin aku pikir kita bisa bertemu di sini, makanya sabtu kemarin lebih memilih futsal. Bulan depan ada pertandingan antar divisi. "

" Jadi, tadi sebenarnya kita bisa bertemu di bandara kan ?"

Dia tersenyum,

" Iya, aku melihatmu duduk minum cokelat. Seperti menunggu seseorang. Menungguku ? "

" Jahaaaaaaaaaaattt"

" Aduh sayang, siapa bilang aku juga tidak kangen. Tapi tadi aku lebih suka melihatmu dari jauh. Puas memandangi. Hey, toh sekarang kita sudah bertemu. Kamu mau apa ?"

Dugh, langsung kutonjok lengannya. Dia meringis kesakita, dan aku tertawa puas. Menguaplah semua amarah itu.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Bandara ketika itu"

Posting Komentar

Ingin berbagi opini, atau saran, atau kritik, atau nasehat....silakan sampaikan di sini. Terima kasih atas apresiasinya. Salam hangat selalu dari Lina. Oya, untuk lebih memudahkan berkomentar, gunakan Opera ya.